Jumat, 09 Januari 2009

Bob Sadino - Sukses Itu Proses



Jika ukuran sukses adalah materi yang dimiliki seseorang, maka tak ada yang meragukan bahwa Bob Sadino adalah seorang yang sukses. Demikian pula jika ukurannya adalah kebebasan dalam membuat pilihan, mungkin Anda sudah paham betul dengan gaya pakaiannya. Kemana-mana Bob memilih menggunakan celana pendek sebagai pakaian utamanya, bahkan saat bertemu dan berada dalam satu forum dengan presiden RI, mulai dari Presiden Soeharto hingga Presiden SBY.

Namun materi maupun kebebasan bukanlah ukuran sukses bagi pemilik Kem Chicks Grup ini. Sukses, menurut Bob, adalah proses. Proses di mana seseorang senantiasa siap menerima kegagalan. “Kalau orang lain menolak kegagalan, saya menerima semua kegagalan,” dalam suatu kesempatan wawancara dengan PasarInfo.com di rumahnya di kawasan Lebak Bulus. Hanya saja, jangan Anda menanyakan kunci sukses pada Bob. Bob selalu menyebut dirinya tak punya kunci sukses. “Jika sukses ada kuncinya, saya akan jualan kunci. Pasti laku keras, “ kata pemilik nama asli Bambang Mustari Sadino ini. Gaya nyentrik Bob memang tak sebatas pada pakaian. Pada tingkat ide dan pemikiran, penggemar nomor 2121 ini juga bisa dipandang aneh oleh kebanyakan orang. Sekolah formal yang dipercaya banyak orang tua untuk mendidik anak-anak dianggap sebagai racun. Pemilik supermarket yang identik dengan pasar ekspatriat ini pun menyatakan dirinya tak pernah punya rencana, termasuk rencana bisnis.

Bob menyebut, kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir membuat rencana sehingga tidak segera melangkah. Membuat rencana dan bahkan tujuan adalah salah satu cara berpikir khas orang-orang “produk sekolahan.” “Saya itu orang yang tidak pernah punya tujuan. Jadi saya tidak bikin rencana. Karena tidak bikin rencana, apapun dan kemanapun jadi, “ jelas ayah dua orang anak dan 3 cucu ini.

Saat ini, pria berusia 75 tahun ini tengah mengembangkan proyek properti di area Kem Chicks Kemang bersama grup pengembang Agung Sedayu. Jika orang lain dengan tegas menyatakan siapa target market bisnisnya, Bob memilih untuk tak membatasi sasaran calon penghuni apartemennya.

Berikut adalah petikan wawancara antara PasarInfo.com dengan Bob Sadino tentang berbagai hal pada pertengahan Juli 2008 lalu:

Anda sedang membangun Apartemen The Mansion di Kemang, siapa target marketnya:

Saya tidak memilih siapa yang akan menghuni di situ. Tapi kebiasaan Kem Chicks, untuk segala hal kita pasang harga yang mahal. Dengan harga yang mahal itu, konsumen tersaring sendiri. Jadi untuk siapa? Ya siapa pun yang bisa bayar.

Untuk para ekspatriat?

Kem Chicks dari awal tak pernah mengkhususkan kegiatannya untuk ekspat, tapi untuk semua orang. Cuma, karena mungkin produk yang dijual itu 30 persen lebih tak ada di tempat lain dan merupakan makanan ekspat, ya otomatis mereka yang banyak datang.

Ide menetapkan harga premium?

Saya seorang wiraswasta, ya tidak pake ide-idean. Ya begitu aja, mengalir aja. Saya itu orang yang tidak pernah punya tujuan. Jadi saya tidak bikin rencana. Karena tidak bikin rencana, apapun dan kemanapun jadi.

Anda dulu memilih membeli tanah di wilayah Kemang sebelum menjadi kawasan bisnis penting. Bagaiamana ceritanya?

Lagi-lagi saya tidak memilih. Yang ada, wilayah Kemang itu murah. Saya kan tidak punya duit. Saya juga tidak beli, tapi tukar dengan mobil tahun 1968.

Anda dikenal sebagai pengritik persoalan pendidikan, bagaimana sebenarnya pendapat Anda?
Sekolah itu racun. Otak kamu distruktur. Harus begini, harus begitu. Di luar itu menurut sekolahan tidak benar, bahkan salah. Di mata saya orang yang sekolah itu kaku. Orang sekolah harus begitu, kalau tidak begitu, salah.

Saya tidak bisa diikat begitu, harus begini harus begitu.

Apakah pemikiran itu sudah ada sejak dulu atau setelah Anda sukses?

Saya memang orang yang tidak sekolah tinggi, SMA selesai, tidak berlanjut.

Tak ada niat ke perguruan tinggi?
Saya tidak pernah mau. Karena saya punya dua kakak laki, dua kakak perempuan, mereka sarjana semua. Saya memilih untuk tidak sekolah. Pilihan dengan sangat sadar.

Karena apa?
Saya ingin bebas saja ya. Yang perlu Anda tahu ada kata “sekolah”, ada kata “belajar.” Siapa bilang saya tidak sekolah berarti saya tidak belajar. Saya tidak mau terjebak dalam ilmu-ilmu itu.

Kalau begitu mengapa masih banyak orang mengandalkan pendidikan agar anak-anaknya berhasil?
Saya tidak tahu, justru itu yang menjadi pertanyaan saya. Di luar sana ada 10 juta orang nganggur, dua juta di antaranya sarjana. Saya juga nanya kenapa mereka nganggur. Mungkin ada sesuatu yang salah dalam pendidikan kita.

Bagaimana dengan anak-anak Anda, sekolah di mana?
Mereka sekolah di tempat terbaik. Santi mau sekolah perhotelan di Singapura. Saya cari sekolah terbaik di sana. Mira mau sekolah perhotelan di Swiss, saya cari sekolah terbaik di Swiss. Setelah lulus, Mira jual pecel lele di pinggir jalan, di Cikini. Saya senang, dia senang.

Ada yang mengikuti cara pandang Anda?
Cara pandang mungkin bukan, tapi Mira kelihatannya mulai kelihatan tak mau kalah sama bapaknya. Kalau saya mulai dengan bisnis jualan telur 5 kilo di Kemang, dia mulai jualan pecel lele di pinggir jalan. Kita tidak tahu 10 atau 20 tahun lagi seperti apa.

Tapi kayaknya dia berpikir, “kalau bapak saya mulai dengan jualan telur, apa salahnya saya jualan pecel lele.” Padahal saat sekolah di Swiss, ibunya kirim 10.000 dollar per bulan.

Saat ini ijazah tetap diperlukan untuk mencari kerja, karena perusahaan menetapkan syarat kelulusan tertentu. Bagaimana pendapat Anda?
Kalau saya mencari orang yang akan bekerja pada saya, saya tak peduli gelar apa yang dia punyai. Karena sepanjang apa pun gelar, jika dia bekerja di perusahaan saya pasti nol, tak tau apa-apa.

Apa kriteria penerimaan tenaga kerja di perusahaan Anda? Pertama, dia mau bekerja atau tidak.

Bagaimana mengukurnya?
Setelah saya tanya mau bekerja, saya suruh ngepel. Kalau dia mau ngepel berarti dia mau bekerja dong. Minggu pertama dia masuk, saya anggap dia tak tahu apa-apa dan memang tak tahu apa-apa.

Bagaimana untuk posisi manajer misalnya?
Siapa yang menempatkannya pada posisi manajer, dia tak tahu apa-apa. Selalu dari nol.

Anda membebaskan orang yang mau keluar dari perusahaan? Kenapa mesti saya ikat?

Tak takut ilmunya dicuri?
Yang kita lakukan itu bagi-bagi ilmu, kenapa takut kehilangan.
Dan alumni Kem Chicks pasti ditawar tinggi oleh perusahaan lain, dua kali lipat. Saya bahagia dong.

Boleh tahu, apa kunci sukses Anda?
Kalo sukses itu ada kuncinya, hari ini saya jualan kunci dan pasti laku sekali. Sukses itu bukan pakai kunci. Semua orang selalu nanya begitu, apa kuncinya, apa kiatnya.

Sukses itu proses. Buat seorang entrepreneur setiap detik dia siap menerima kegagalan. Kalau orang lain menolak kegagalan, saya menerima semua kegagalan. Itu bedanya.

Setiap detik saya menerima kegagalan. Kata orang pinter, orang sukses itu adalah orang yang bangkit lagi setiap mendapatkan kegagalan. Itu orang sukses.

Anda pernah tinggal di Eropa, tentu menguasai berbagai bahasa asing. Apakah bisa disebut sebagai penunjang keberhasilan bisnis Anda?

Bahasa diakui sebagai salah satu pendukung untuk memulai bisnis. Bukan sebagai kunci, tapi dimulai secara kebetulan. Dari kecil di keluarga saya terbiasa ngomong bahasa Belanda. Saat tinggal di Belanda, juga sering jalan-jalan ke negara-negara di sekitarnya. Karena sering ke Jerman, otomatis saya menguasai bahasa Jerman. Ibu menguasai bahasa Perancis. Jadi kita bisa berbahasa Belanda, Inggris, Jerman, Perancis.

Itu kalau mau dianggap sebagai aset atau modal awal, ya bisa. Tapi itu tidak mutlak-mutlak amat. Kalau tidak bisa juga gak apa-apa.

Dalam hal penampilan, Anda selalu memilih bercelana pendek? Ada alasannya?
Apa perlu alasan? Saat tinggal di Eropa saya merasakan cuaca yang tak karuan. Bila ada matahari 10 menit saja, orang di sana pada keluar untuk menyerap sinar matahari sebanyak-banyaknya. Setelah kembali ke Indonesia, kenapa saya harus pakai celana panjang?

Gaya berpakaian ini bisa berlaku pada anak buah Anda? Mungkin mereka risih. Saya tidak pernah menyuruh apa-apa. Silakan saja mau berpakaian seperti apa.

Ngomong-ngomong, nama panggilan Bob itu dari mana? Di mulai sejak saya punya pelanggan orang asing. Nama itu mudah diucapkan.

Sepertinya Anda sangat menikmati hidup ini, pernah mengalami stres?
Saya kira stres itu manusiawi. Ya pernah, tapi kalau ditanya karena apa, saya tidak tahu. Tapi saya bisa mengatakan saya tidak pernah stres karena bisnis

Aliran Sesat di Bandung Baca Quran Sambil Disko

JAKARTA - Aliran sesat Wahyu Kurnia diketahui mewajibkan pengikutnya membaca auyat-ayat suci alquran sambil diiringi musik disko.

Hal tersebut terungkap dalam pertemuan antara Muspika Kecamatan Soreang, polisi dan tokoh ulama dengan Wahyu Kurnia pentolan aliran Keagungan Ilahi, Jumat (9/1/2009).

Kalam-kalam tersebut diambil dari surat-surat pendek di Alquran. Selain itu dalam aliran tersebut, Wahyu juga mewajibkan pengikutnya untuk berjalan-jalan setelah Subuh sambil membaca ayat suci Alquran, yang dia sebutnya sebagai kalam gerak.

Wahyu juga mengakui bahwa pada tanggal 1 dan 17 dia mewajibkan pengikutnya menggunakan pakaian serba putih dan membawa domba ke padepokannya yang juga rumahnya di Blok C Desa Bandasari Kecamatan Soreang, Bandung.

Menurutnya pada tanggal itu, merupakan tanggal yang ditetapkan sebagai tanggal piket bagi pengikutnya. Dalam kesempatan itu pengikutnya membacakan kalam-kalam sesuai yang diperintahkan Wahyu dengan diiringi alunan musik disko.

Rumah pemimpin aliran Keagungan Ilahi (Aki) milik Wahyu Kurnia didatangi ratusan massa dari Ormas Islam yang menganggap aliran yang dipimpin Wahyu sebagai aliran sesat.

Rumah Wahyu yang berada di Blok C 14 Desa Bandasari Kecamatan Soreang Bandung itu dianggap massa sebagai tempat berkumpulnya aliran tersebut.

Warga sekitar membenarkan bahwa, di rumah tersebut memang sering diadakan pertemuan. Umumnya para tamu yang datang menggunakan mobil pribadi bahkan bus.

Menurut Suyati yang rumahnya persis di rumah Wahyu Kurnia. Kegiatan kelompok Wahyu Kurnia di rumahnya biasanya dilakukan tanggal 1 dan tanggal 17 setiap bulan. Selain itu, pada malam Kamis juga rumah kurnia didatangi para tamu.

"Setiap bulan banyak mobil yang berjejer di kompleks kami.Biasanya pada tangal 1 dan tanggal 17. Bahkan setiap malam Kamis rombongan mobil dan bus dari luar daerah sering parkir di luar rumah Wahyu Kurnia," kata Suyati.

Menurut Suyati, kegiatan itu sudah terjadi sejak Wahyu menempati kompleks itu sejak enam tahun lalu. Suyati mengaku pernah mendengar desas-desus bahwa Wahyu yang berumur kepala enam itu pindah ke kompleksnya karena diusir dari Tasikmalaya.

Sementara itu Wawan (29) pemuda setempat mengaku sering memarkirkan mobil-mobil yang datang ke rumah Wahyu Kurnia. Menurutnya rata-rata mereka menggunakan pakaian putih-putih bahkan pernah ada yang membawa domba putih.

Tapi anehnya, sejumlah warga yang diwawancarai, termasuk Wawan dan Suyati mengaku tidak mengetahui kegiatan apa yang dilakukan oleh Wahyu sehingga sering didatangi orang-orang dari luar kompleks mereka.

Wahyu pun terkenal ramah di lingkungan kompleks tersebut, dan tidak pernah mengajak warga bergabung dengan alirannya, sehingga warga tidak menaruh kecurigaan apapun terhadapnya.

Rumah wahyu memiliki luas sekitar 1500 meter yang terdiri dari empat rumah yan dijadikan satu. Dua rumah dijadikan bangunan utama, sedangkan dua rumah di belakang, yang dibelinya, dijadikan padepokan atau tempat berkumpul.

Saat ini Wahyu Kurnia dan sejumlah aparat dari kepolisian dan Ketua RT setempat tengah melakukan pertemuan.

Rabu, 07 Januari 2009

tau OMELETTE gak ?? (part 1)

Omelette - Lagi Lagi Janji (New Single 2008)


Omelette - Lagi Lagi Janji

Omelette Story

Bagi band yang baru muncul, jedah 3 tahun ini sangatlah merugikan karena orang jadi lupa dengan Omelette, apalagi puluhan band baru bermunculan bak jamur di musim hujan. Ada yang lewat jalur lndie dan major label, ada juga yang lahir dari ajang festival. Satu dua band akhirnya sukses dan ngetop sementara puluhan lainnya hilang tak terdengar lagi kabarnya.
Ada yang bilang kami muncul di waktu yang kurang tepat. Ah.. persetan dengan pandangan orang, mereka toh tidak mengenal kami, bagaimana kami dahulu dan akan kemana kami kelak. We must write our own history, walaupun jika untuk itu kami harus jatuh-bangun dan berdarah-darah.

Sejak album Persahabatan dirilis kami seperti tak habis dirundung malang. Persoalan datang silih berganti dan semua itu harus kami selesaikan satu demi satu. Kalau tidak dibantu dan disemangati oleh manajemen POS Entertainment –dalam hal ini Dhani Pette— barangkali kami sudah “gila”.

Bagi kami jauh lebih mudah untuk mengakhiri kisah Omelette sampai disini, tidak ngeband lagi dan berkonsentrasi penuh pada sekolah. Tetapi –batul kata orang— musik itu panggilan jiwa yang tidak mungkin kita abaikan. Jika kami tidak main musik, rasanya seperti ada lubang besar di dalam hati. Kami tidak tahu apa namanya, tetapi kami rasa semua musisi akan merasakan hal seperti itu.
Maka kamipun menguatkan diri, mencari kepingan yang cocok dan menyusun kembali Omelette. Karena semua pergolakan internal itu, vakum bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan waktu jeda 3 tahun itu.

Aries Gabung Garasi
Persoalan dimulai dengan perginya Aries. Drummer kami itu gabung dengan Grasi Band. Ceritanya, saat itu (tahun berapa????) ada tawaran audisi untuk casting film yang bercerita tentang perjuangan sebuah band baru. Kami (Nissa, Ryan, dan Aries) waktu itu ikut audisi. Aries yang diterima karena yang dicari adalah casting untuk peran drummer.
Sampai di situ kami oke saja. Yang tidak kami sangka, karakter band yang bernama Garasi dalam film tersebut terus dipertahankan di dunia nyata. Dan Aries pun terikat di sana. Tapi kekecewaan ini nggak berlangsung lama dan kamipun bisa menerima keadan ini, bahkan sejujurnya ada sedikit rasa bangga terhadap Aries, apalagi Garasi cukup sukses bahkan masih tetap eksisi hingga saat ini.

Aries sendiri bukanlah drumer Omelette yang pertama. Pemuda asal Cibadak Sukabumi ini adalah drummer ketiga, setelah Echa yang kini banyak main di komunitas jazz dan dan Hendy yang kini jadi drummer GIGI. Echa dan Hendy gabung Rian dan Nissa sewaktu Omelette masih bernama Telor Ceplok.

Dilihat dari sisi manapun Echa dan Hendy adalah drummer yang hebat, bahkan jika skill jadi ukuran satu-satunya, mereka adalah drummer terbaik yang pernah dimiliki Omelette. Toh kami tidak bisa menahan mereka tetap di Omelette, tapi kami tidak terlalu kecewa kok. Kami sadar bahwa apa yang kami inginkan belum tentu itu yang kami butuhkan.
Tak lama setelah Aries, datang Sandy Winarta, another great drummer that we’ve ever had. Sayangnya Sandy pun tidak bertahan lama. Semula kami menduga hal ini disebabkan karena kami tidak sepantaran, –Sandy lebih senior dibanding personal Omelette yang lain– sehingga pergaulan kami jadi kikuk, tetapi ternyata bukan itu, setidaknya bukan itu faktor utamanya. Jiwa Sandy lebih condong ke Jazz ketimbang ke musik Omelette yang pop rock, maka kamipun melepasnya dengan damai. (bersambung)

Omelette Story (2)
Pukulan Telak, Tessa Cabut
Walaupun kami jatuh bangun setelah ditinggal Aries, yang terburuk belumlah datang. Pukulan paling telak adalah saat Tessa cabut tak lama setelah Sandy. Saat itu Omelette kembali menjadi “Rian dan Nissa.” Kami serasa masuk dalam mesin waktu dan seseorang memutar mundur 10 tahun dan… Cling…! kami adalah dua anak kecil yang keranjingan musik dan bermimpi menjadi rock star.

Waktu itu kami ingin Omelette bubar saja, sebab sepertinya nasib baik tidak pernah berpihak pada kami, tetapi Dhani Pette sekali lagi menyemangati kami untuk bertahan.
Dukungan itu juga diwujudkan dengan menggelar audisi vokalis. Sementara proses audisi berlangsung – dan ini ternyata berjalan sangat panjang— jika Omelette dapat job, kami pakai vokalis cabutan. Shashi (yang sekarang menjadi vokalis band Drew) salah satunya dewa penolong kami ketika itu.

Untuk posisi drummer kami masih sering dibantu Sandy walau pun dia sudah tidak lagi di Omelette dan Otto. Yang terakhir ini adalah drummer debutan yang akhirnya gabung dengan Omelette. Konon kabarnya Otto adalah drummer Biz Band, band yang tidak pernah kami dengar namanya.

Mencari vokalis ternyata susahnya minta ampun. Sepanjang tahun 2006 dan 2007, kami melakukan dua kali sesi audisi dengan peserta yang jumlahnya puluhan, eh.. nggak dapat-dapat juga, padahal kami tidak memberi batasan harus cewek atau cowok, usia juga kami buka saja asal tidak tua banget.

Pada audisi yang ke dua sebenarnya kami mendapatkan Aby, cewek yang usianya masih sangat muda, bahkan lebih muda dari Nissa yang selama ini kami anggap sebagai maskot karena kemudaannya itu. Karakter suara yang tinggi juga mirip Tessa. Tetapi ini pun –lagi-lagi– tidak bisa kami pertahankan, padahal kami sudah membuat demo album 2 lho. Sony-BMG merasa karakter vocal Aby kurang cocok untuk musik Omelette.

Seperti pasangan suami istri yang berusaha keras untuk mempunyai anak, mendapati setiap kali terjadi kehamilan, setiap kali juga terjadi keguguran. Sesaat kami merasa gembira, tetapi sedetik kemudian tragedi menimpa. Well.. kami semua memang masih kecil dan belum pernah menikah, tetapi kami tidak bisa membuat analogi lain.

Kali ini kami benar-banar frustasi dan putus asa. Batalnya Aby gabung dengan Omelette juga membawa konsekwensi lain. Kami terpaksa membongkar semua lagu yang telah kami siapkan untuk disesuaikan dengan karakter vokalis yang baru kelak.

Di saat kami putus harapan, Fetty muncul entah dari mana. Saat itu Maret 2007, dengan diantar Eko kakaknya dia berdiri di depan pintu POS Entertainment “mau ikut audisi Omelette,” katanya malu-malu. Sesaat kami menduga dia penyanyi dangdut dan lagu-lagu melayu yang mau mencoba keberuntungan di Omelette yang pop rock. Meski demikian kami memutuskan untuk mencoba Fetty, walaupun melalui proses audisi “ogah-ogahan” karena kami semua merasa sudah mentok.
Saat itulah Fetty mencuri perhatian kami melalui suaranya yang tinggi dan ke kanak-kanakan, cocok dengan karakter Omelette. Kami yang semula loyo kembali bersemangat. Dan melalui beberapa kali uji coba akhirnya Fetty dinyatakan diterima dan gabung dengan Omelette.

Sepertinya pintu kemudahan itu mulai terbuka. Permainan drum Otto meningkat dengan pesat dan makin nge-groove dengan petikan gitar Rian dan betotan bas Nissa. Melihat kemajuan itu manajemen tanpa ragu lagi menarik Otto sebagai drummer Omelette.
Omelette pun bangkit kembali, ah.. kami tidak senang dengan istilah ini, kami lebih senang jika disebut dilahirkan kembali, lengkap sempurna: Rian (gitar), Nissa (bas), Otto (drum), dan Fetty (vocal).

Apakah formasi ini akan bertahan lama? Rasanya itu tidak perlu dipikirkan, setidaknya tidak untuk saat ini. Tugas kami sekarang adalah berkarya. Kegembiraan kami karena kelahiran kembali Omelette tidak berlangsung lama karena kerja keras sudah menunggu. Album 2 sudah menunggu, kali ini kami benar-benar akan menulis sejarah.